Tiada Tanggal Merah

Oh, bulan Mei ini ternyata tanggal merahnya hanya kamuflase. Saya tidak berlebihan. Ketika saya masih berada di bulan Maret, kalender bulan Mei tampak begitu menggoda. Ada deretan angka berbalut warna merah yang sambung-menyambung yang tanpa sadar membuat saya menitikkan air liur. Maka, kala itu bukan kekhilafan jika saya langsung berburu tiket online, kereta api Jawa-Jakarta, pergi-pulang.

Lalu, si Mei benar-benar datang. Terlebih di tahun ini, bulan Mei adalah bulan sensus. Ya, tempat saya bekerja, atas nama titah undang-undang, tahun 2016 ini mengadakan hajatan besar berjuluk ‘Sensus Ekonomi 2016’. Ya, hajatannya besar sekali. Sehingga bukanlah hal yang mengejutkan ketika hal-hal yang lain disandingkan dengan agenda ini, mendadak menjadilah kecil. Mengecil begitu saja.

Termasuk kalender dengan aroma liburan panjang. Ketika orang-orang di berbagai sudut nusantara ini melakukan ritual liburan, saya dan orang-orang di garda terdepan sensus pada umumnya, harus berasyik masyuk dengan kegiatan pendataan di lapangan.

Sebenarnya bisa saja kami menanggalkan sejenak baju sensus untuk mencoba baju kaos lain yang sesuai untuk liburan. Tapi hati kecil kami menolak. Ada tanggung jawab untuk mengawal kualitas data yang harus kami emban. Ada empati kepada para ujung tombak sensus yang harus berhadapan langsung dengan apatisme warga, dengan debu yang memerihkan mata dan menyesakkan dada. Sesekali juga harus berhadapan dengan sengatan terik mentari atau tusukan dingin di kala hujan.

Bersyukur saya berani mengambil keputusan kecil ini untuk agenda yang besar tanpa saya besar-besarkan: sensus ekonomi 2016. Tiket yang sudah terbeli terpaksa harus saya batalkan. Ada guru baru yang saya dapat di sini: pengalaman pertama saya membatalkan tiket kereta api (KA). Ternyata caranya mudah, tetapi saya harus datang langsung ke stasiun besar KA. Di kampung saya, salah satu stasiun itu berjarak sekira 35 kilo dari rumah. Stasiun Cepu namanya.

Berbekal tiket KA tercetak yang saya dapatkan dari mesin Cetak Tiket Mandiri (CTM) di Stasiun Cepu, saya menuju loket untuk membatalkan tiket. Karena ada dua tiket, saya diminta untuk mengisi dua buah formulir pembatalan. Oh, satu lagi syarat yang belum saya cukupi: fotokopi KTP. Akhirnya, saya pergi dari lingkungan stasiun untuk mencari layanan fotokopi terdekat. Yang terdekat pun rasa-rasanya hampir 1 kilo jaraknya.

Saya kembali berbekal dua lembar fotokopi KTP, formulir yang sudah saya isi, serta tiket tercetak. Tanpa proses yang lama, akhirnya saya diberi nota bahwa pengembalian uang tiket saya akan dilakukan pada jangka waktu satu bulan berikutnya. Ada dua opsi penerimaan uang tiket, bisa kita ambil langsung atau bisa ditransferkan ke rekening yang kita kehendaki. Saya memilih opsi yang kedua karena rasanya itu lebih praktis dan lebih kekini-kinian. Hehe..

Oiya, sebetulnya juga saya ingin menggeser saja jadwal keberangkatan saya. Namun, ketika saya tanya bahwa membatalkan ataupun menggeser jadwal itu akan mendapat pinalti 25% dari harga tiket, saya memilih membatalkannya saja. Lagi pula, kalau saya membatalkan tiket berarti  nanti harus mencari tiket lagi sehingga saya bisa memilih tempat duduk yang saya inginkan.

Ya, begitulah dceritanya. Saya tidak jadi ke Jakarta lantaran tiada tanggal merah ternyata. Apapun, darah kami tetap merah dan tulang kami tetap putih, Bung! Inilah cara kami berjuang untuk Indonesia, Bung. Sembari berharap, kelak datanya bisa dimanfaatkan untuk kemajuan negeri tercinta ini. Negeri di mana nenek-kakek kami dipendam di dalam tanah…. Begitu pula kami kelak.

NB:
Sayangku, jika engkau baca ini, maafkan abang karena kalender di sana dan di sini ternyata berbeda. Jangankan tanggal-tanggal yang engkau lingkari karena menanti kedatangan abang, yang warna merah pun di sini tiada sudah. Celakanya, belum ada fitur sinkronisasi kalender yang ada di dinding rumah sana dengan kalender di laptop abang… Terima kasih sayang atas mengertimu.

NB-nya NB:
Yang saya sapa sayang di atas bukan sembarang orang. Jangan ada yang GR..

NB-nya NB-nya NB:
Hihi…

 

Pos ini dipublikasikan di Catatan. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Tiada Tanggal Merah

  1. fitriani berkata:

    Dimaklumi sayang…….
    Begitulah mestinya seorang abdi negara
    Semangaaaat!!!!!

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.